Senin, 18 Februari 2013

Hak-Hak Anak, Sudahkah Terpenuhi ??


Tanggal 23 Juli yang kita peringati sebagai Hari Anak nasional (HAN), menjadi semacam pengingat akan kondisi anak – anak Indonesia sekarang ini. Apakah hak – hak mereka sebagai anak sudah mereka dapatkan dengan layak dan tepat, tentunya hal ini menjadi bahan perenungan dan pemikiran kita semua.
Usia anak merupakan kisaran usia yang krusial bagi masing-masing pribadi itu sendiri, dari sanalah mereka akan dibentuk watak, sikap dan perilaku mereka. Pendidikan sekolah dan keluarga memegan peranan penting dalam mengarahkan anak-anak menjadi sosok yang baik dan harapan orang tua. Namun terkadang ada hal-hal yang tak kita sadari justru menjadi semacam pengaruh buruk bagi masa tumbuh kembang anak itu sendiri. Yakni faktor lingkungan.

Dituntut oleh faktor ekonomi dan memperoleh penghidupan yang layak, para orangtua saat ini lebih cenderung mementingkan dan menghabiskan waktu untuk pekerjaan mereka saja, cenderung melupakan waktu untuk sekedar bercengkrama, bermain ataupun membantu belajar anak. Akibatnya anak menjadi kurang perhatian, kurang kasih sayang dari orang tua. Anak – anak cenderung menghabiskan waktu dengan melihat televisi ataupun  bermain dengan alat permainan – permainan modern.
Ironisnya, sebagian besar tayangan televisi saat ini sebenarnya sangat tidak layak untuk membantu perkembangan anak itu sendiri. Sangat sedikit sekali acara TV yang dibuat untuk kepentingan anak itu sendiri, bisa dihitung dengan jari bahkan. Karena pada kenyataannya TV – TV kita lebih senang meracuni pkiran pemirsanya dengan berita – berita infotainment saja, gosip, perceraian, perselingkuhan, kekerasan, sampai pembahasan mendetail mengenai kasus video porno. Tentunya hal ini bukan cerminan yang baik bagi pendidikan anak-anak yang banyak menghabiskan waktu di depan layar kaca.
Bahkan beberapa acara yang pada dasarnya memang didesain untuk anak – anak, contohnya ajang menyanyi bagi anak di salah satu TV swasta beberapa waktu silam. Justru tidak mencerminkan akan anak-anak itu sendiri. Hampir semua peserta ajang tersebut (anak-anak tentunya) malah menyanyikan lagu-lagu dari orang dewasa, yang sebagian besar bertemakan cinta. Ironis memang, tapi memang demikianlah adanya. Anak-anak saat ini lebih familiar dan hafal di luar kepala terhadap lagu – lagu dari Ungu, Peterpan, Wali, Afgan, dan sebagainya dibanding lagu-lagu anak, seperti karya alm.A.T. Mahmud, Bu Kasur, ataupun Papa T.Bob.  Hal ini tentunya menjadi renungan dan pemikiran kita semua, terutama para orangtua.
Demikian juga dengan permainan-permainan, anak-anak sekarang bisa dibilang tidak mengenal lagi permainan – permainan rakyat yang dulu kita lakukan semasa kecil. Sudah jarang sekai yang bermain petak umpet, Gobag Sodor, Jamuran, Kelereng, Gasingan dan sebagainya. Anak – anak lebih menyukai permainan – permainan modern, seperti Playstation, Sega, X-Box, Nintendo, PSP, Gamewatch, bahkan permainan game online di internet. Kondisi – kondisi seperti diataslah yang dapat mengganggu perkembangan anak dengan wajar, bahkan bisa membuat mereka tumbuh dewasa lebih cepat dari seharusnya.
Hak-hak anak bahkan ada yang tidak dipenuhi oleh para orangtua, bahkan cenderung dieksploitasi. Sebagai contoh adanya artis anak yang bermain sinetron kejar tayang. Hak mereka sebagai anak dirampas untuk digunakan sebagai  ajang mencari nafkah bagi orangtua mereka. Tak jarang hal ini akan membuat anak-anak cenderung tertekan karena merasa kerja terlampau keras di usia yang seharusnya berkembang dan bermain. Akibatnya terdapat beberapa selebriti anak yang depresi, ataupun kabur dari rumah.
Di jalan-jalan, terutama di kota besar. Masih banyak pemandangan miris tentang anak-anak yang bukannya menimba pelajaran di sekolah ataupun bermain. Malah justru menengadahkan tangan meminta-minta, ataupun mengamen dengan alat seadanya. Pemandangan miris tentunya yang terpampang di hadapan kita semua. Beragam alasan yang menjadikan mereka seperti itu, bermacam tuntutan yang membuat mereka berkeliaran di jalan. Padahal beragam kejahatan mengintai mereka, para anak – anak yang berada di jalanan. Mulai dari kekerasan, pencabulan, sampai tindakan mutilasi yang tak berperikemanusiaan. Sepertinya adanya UUD 1945 Pasal 34 ayat 1 “ Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara “, tidak hanya dijadikan slogan dan aturan belaka. Tetapi  akan lebih bermakna jika langsung dimplementasikan pada tindakan yang nyata oleh pihak-pihak terkait. Sehingga keberadaan anak-anak (terlantar) dapat benar-benar terlindungi akan hak-hak mereka.
Hendaknya dengan adanya peringatan Hari Anak Nasional, dapat dijadikan momentum yang penting untuk menggugah kepedulian maupun partisipasi seluruh Rakyat Indonesia, khusunya orang tua dalam menghormati dan menjamin hak-hak anak tanpa diskriminasi, memberikan yang terbaik bagi anak, menjamin semaksimal mungkin kelangsungan hidup dan perkembangan anak serta menghargai pendapat anak.
Sedangkan tujuan dengan diadakannya Peringatan Hari Anak Nasional setiap tahunnya adalah :
  1. meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta bersama dengan Pemerintah dalam menyelenggarakan upaya pembinaan dan pengembangan anak secara holistik-integratif dan berkesinambungan. Upaya tersebut ditujukan untuk memenuhi hak-hak anak, mewujudkan tingkat kesejahteraan anak, dan memberikan perlindungan yang setinggi-tingginya bagi anak sebagai generasi penerus cita-cita bangsa.
  2. meningkatkan kesadaran pemerintah, masyarakat, orang tua dan segenap komponen bangsa untuk memenuhi hak-hak anak berdasarkan Child Rights, dan menghindarkan anak-anak dari: abuse (penyalahgunaan, perlakuan kejam, penyiksaan), neglect (melalaikan), eksploitasi, kekerasan terhadap anak, diskriminasi, drugs (pemakaian obat-obatan terlarang), pornografi, dll.
  3. menunjukkan kepada seluruh rakyat Indonesia dan dunia internasional (minimal pada tingkat Asia Pasifik) bahwa kita mendukung hak-hak anak dan melakukan upaya kesejahteraan anak.
Pada peringatan HAN 2010 mengusung tema sentral  "Anak Indonesia Belajar Untuk Masa Depan". Dengan Sub Tema: "Kami Anak Indonesia, Jujur, Berakhlak Mulia, Sehat, Cerdas dan Berprestasi". Maka melalui tema ini diharapkan seluruh komponen bangsa terinspirasi untuk terus meningkatkan perhatian terhadap pentingnya mempersiapkan anak-anak Indonesia menjadi generasi unggul yang memiliki karakter jujur, berakhlak mulia, sekaligus sehat, cerdas dan berprestasi.
Dengan menjadikan momentum peringatan HAN 2010 ini, hendaknya seluruh komponen, mulai dari orang tua, keluarga, lingkungan sekitar, masyarakat, pemerintah ataupun swasta saling bersinergi, bahu membahu dan bekerjasam untuk memenuhi akan kebutuhan dan hak anak yang yang belum  terakomodasi. Menyadari bahwa anak-anak merupakan generasi penerus kita, pewaris segala aspek kehidupan ini, dengan demikian semua komponen diatas benar-benar mencurahkan segenap kemampuan dan usaha maksimalnya demi tercapainya generasi emas penerus bangsa, yang akan membawa ke arah perbaikan dan kemajuan kelak, dibandingkan dengan kondisi saat ini.

Sumber : Majalah Gema Bersemi Edisi 05/XV/Tahun 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar